Memahami arti Baptisan Menurut Alkitab

Baptisan berasal dari bahasa Yunani, yaitu baptizo berarti menyelamkan atau mencelupkan. Dalam Injil Markus 7:4; Lukas 11:38, tampak adat istiadat Yahudi mengenai membasuh anggota tubuh dengan air sebagai simbol pembersihan diri. Adat kebiasaan ini berkaitan dengan makna baptisan sebagai pembasuhan atau membersihkan dengan air.

 

Dalam Kitab Roma 6:1-6, Rasul Paulus memberikan penekanan pada arti baptisan

Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan, bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? Atau tidak tahukah kamu bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya dengan demikian, kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkit[1]kan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.

Rasul Paulus mengajarkan bahwa baptisan merupakan tanda pertobatan manusia yang ingin masuk ke dalam hidup baru didalam Kristus. Sebagaimana Kristus telah mati untuk menebus dosa-dosa kita, baptisan kita merupakan tanda pertobatan di mana dosa kita dihapuskan.

Jauh sebelum Yohanes Pembaptis melakukan baptisan, dalam tradisi Yahudi juga ada tata cara pembasuhan dengan air yang bermakna membasuh dosa manusia, seperti Naaman yang menyelam ke dalam air untuk menyembuhkan penyakitnya. Injil Markus 1:4-11 menunjukkan bahwa baptisan Yohanes adalah kelanjutan (penerus) dari adat pembasuhan Perjanjian Lama, namun dengan pengertian baru, yaitu bukan sekadar penyucian, tetapi sebagai “lambang pertobatan” (Kisah Para Rasul 19:4) untuk menerima “pengampunan dosa” (Lukas 3:3). Yohanes mengatakan dia membaptis dengan air, tetapi Yesus membaptis dengan Roh. Yesus sendiri datang untuk dibaptis oleh Yohanes. Mulanya Yohanes ragu, tetapi Yesus harus menggenapi nubuat mengenai diri-Nya.

Baptisan membasuh tubuh dan jiwa kita dari gaya dan cara hidup lama ke gaya dan cara hidup baru, yaitu hidup menurut ajaran Kristus. Dengan demikian, dalam hidup baru ini, kita dibebaskan dari perhambaan dosa. Sebaliknya, kita menjadi hamba Allah di dalam Yesus Kristus. Dibebaskan dari hamba dosa artinya manusia diberi kekuatan untuk melawan kuasa dosa dengan mengandalkan kuasa Yesus. Baptisan menjadi pertanda seseorang menjadi “milik Kristus,” kita mati bersama Kristus dan bangkit bersama Dia. Melalui baptisan, kehidupan lama yang penuh dosa dikuburkan dan kita bangkit dalam hidup yang baru. Jika demikian, apakah baptisan merupakan jaminan keselamatan bagi orang Kristen? Keselamatan diperoleh hanya karena anugerah Allah di dalam Yesus Kristus. Kita dibaptis karena kita telah diselamatkan oleh Allah di dalam Yesus Kristus. Jadi, tindakan Allah mendahului tindakan manusia, semua yang kita lakukan merupakan wujud jawaban kita terhadap kasih karunia Allah di dalam Yesus Kristus. Semua manusia berdosa. Karenanya, semua manusia membutuhkan pengampunan. Pembaptisan hanyalah merupakan awal dari suatu proses sepanjang hidup sebagai anak-anak terang. Berdoa dan membaca Alkitab merupakan bagian dari proses itu. Hidup sebagai anak-anak terang artinya berpikir, berkata-kata, dan bertindak sesuai dengan terang Firman Tuhan atau ajaran Yesus.

Baptisan Yohanes

Baptisan Yohanes adalah baptisan pertobatan yang dilakukan di Sungai Yordan. Sebenarnya, orang Yahudi yang hidup jauh sebelum zaman Yohanes pembaptis pun sudah mengenal adanya baptisan, yaitu melalui adat “pembasuhan” seperti yang dilakukan oleh Nabi Elisa terhadap Naaman. Adat “pembasuhan” Perjanjian Lama lebih mempunyai arti sebagai penyucian diri, sedangkan baptisan Yohanes bersifat eskatologis menuju kepada Kristus yang akan membaptiskan dengan Roh Kudus (Markus 1:4-8). Baptisan Yohanes sekalipun bermakna “penyucian diri dari dosa” ataupun pembasuhan, namun sifatnya melambangkan pertobatan dan pengharapan akan kebangkitan Kristus.

Baptisan Anak-Anak

Gereja mengakui dan melaksanakan baptisan anak, dari usia bayi, dan baptisan dewasa. Akan tetapi ada juga beberapa gereja yang hanya mengakui baptisan orang dewasa. Dalam Injil Lukas 18:16a, Matius 19:14a; Markus 10:14a, Yesus memarahi murid-murid-Nya yang ingin menghalang-halangi anak-anak datang kepada-Nya. Dia mengatakan: “biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka. Yesus memberkati anak-anak. Maka, baptisan anak-anak memiliki dasar dalam Alkitab bahwa Yesus sendiri menyambut anak-anak dan memberkati mereka. Jadi, baptisan anak-anak memiliki dasar dalam Alkitab, begitu pula baptisan orang dewasa (Injil Matius 28:19-20).

Baptisan merupakan Perintah Yesus

Dalam Injil Matius 28:19-20, Yesus minta murid-murid-Nya untuk pergi ke seluruh penjuru bumi, kabarkan Injil Kerajaan Allah, dan baptis orang-orang percaya dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Yesus menginginkan agar keselamatan diperluas mencakup seluruh bangsa.Keselamatan yang pada mulanya dipahami hanya milik bangsa Israel sebagai umat pilihan, kini diperluas Yesus menjadi milik semua bangsa. Setiap orang dari berbagai bangsa yang percaya kepada-Nya menjadi murid-Nya. Tandanya adalah melalui baptisan dan mereka pun menerima anugerah keselamatan. Jadi, unsur percaya amat penting dalam baptisan, yaitu hanya orang yang percaya kepada Kristus dan orang yang bertobat yang akan menerima baptisan kudus.


Yesus dibaptis di Sungai Yordan

Yesus sendiri menjalani baptisan oleh Yohanes pembaptis di Sungai Yordan. Ketika Dia dibaptis, turunlah Roh Kudus ke atas kepala-Nya dan ada suara dari langit yang mengatakan: “Inilah anakKu yang Kukasihi, kepadaNya Aku berkenan.”