Memelihara
Iman
Dalam
2 Timotius 4: 7-8, Rasul Paulus menulis, ”Aku telah mengakhiri pertandingan
yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.
Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan
kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya
kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.”
Nampaknya
Rasul Paulus mencoba menggambarkan betapa beratnya upaya untuk mempertahankan
dan memelihara iman. Ia tidak hanya memelihara iman dengan berdoa, namun juga
bersaksi memberitakan Injil Kerajaan Allah, berani mengatakan kebenaran dan
menegur yang bersalah, memiliki penguasaan diri, sabar dan tabah dalam
penderitaan. Itulah cara Paulus memelihara iman dan pengalaman ini ia bagikan
kepada Timotius. Manusia di dalam dirinya sendiri tidak berdaya jika Roh Allah
tidak mengaruniakan kepadanya kekuatan iman, pengertian dan pengharapan. Allah
memberikan Roh-Nya hanya untuk orang yang menaati Dia (Kisah Para Rasul 5:32).
Sejajar dengan itu, dalam Kitab Efesus 2:8-9 tertulis, “Sebab karena kasih karunia
kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah;
itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”
Dalam
rangka mendukung pernyataan tersebut di atas, Efesus 6:13-18 menulis, “Sebab
itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan
perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu
menyelesaikan segala sesuatu. Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan
kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk
memberitakan Injil damai sejahtera; dalam segala keadaan pergunakanlah perisai
iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari
si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah,
dalam segala doa dan permohonan.
Berdoalah
setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan
permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus.” Perisai iman yang
disebutkan di dalam bagian Kitab tersebut ditutup dengan sebuah pernyataan,
yaitu berdoalah setiap waktu dengan permohonan yang tak putus-putusnya.
Artinya, manusia beriman harus selalu mendekatkan diri kepada Allah dan
melakukan kehendak-Nya. Melalui doa, orang beriman bisa datang lebih dekat
kepada Tuhan. Doa menjaga relasi orang beriman dengan Allah menjadi semakin
akrab sehingga Allah semakin dikenal. Dengan doa kita dapat mengetahui apakah
kehendak Allah dalam hidup ini.
Sangat
menyedihkan bahwa banyak orang Kristen berpikir bahwa Yesus Kristus akan
menyelamatkan mereka dari neraka, dosa dan maut hanya dengan menyebut nama-Nya
setiap waktu. Untuk itu, Yesus telah mengatakan: “Bukan setiap orang yang
berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan
dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga.” (Matius 7:21). Apakah kehendak
Bapa itu? Beberapa hal yang telah disebutkan dalam Kitab 2 Timotius 4:7-8 dan
Efesus 6:13-18. Kamu dapat membacanya dan membuat catatan mengenai kehendak
Bapa yang disebutkan dalam bagian Alkitab tersebut. Dalam menjaga serta
memelihara iman, orang percaya diminta untuk setia berdoa dan membaca Alkitab.
Ciri-Ciri
Orang yang Memelihara Iman
Tiap
manusia mempunyai harapan akan kebahagiaan sejati yang telah ditanamkan dalam
setiap hati manusia. Harapan ini adalah suatu keinginan hati berdasarkan iman.
Tanpa iman, maka manusia tidak akan mempunyai pengharapan. Harapan inilah yang
membuat manusia bertahan menanggung segala macam penderitaan dan kesulitan
hidup, karena berharap akan kehidupan kekal di surga. Harapan yang membuat
manusia dapat berdiri tegak di tengah[1]tengah
berbagai persoalan dan tantangan kehidupan. Orang yang memelihara iman adalah
mereka yang memiliki sikap berikut:
1. Bijaksana
dalam memposisikan diri ditengah krisis yang sedang dihadapi
Dalam
Daniel 1:8, Sadrakh, Mesakh dan Abednego memiliki iman bahwa pembuangan yang
dialaminya memiliki dimensi pengajaran sehingga mereka peka bagaimana
seharusnya mengambil sikap. Karena iman, mereka tidak menyantap makanan yang
diberikan raja dengan kemewahannya. Karena iman, mereka percaya akan lebih
bugar dengan santapan sederhana. Itulah praktik peran iman mereka yaitu tahu
memposisikan diri di tengah krisis. Mereka tidak mau menyembah patung berhala
raja meskipun diancam hukuman berat. Sebagai akibat dari ketaatan kepada Tuhan,
mereka dicampakkan dalam api yang bernyala namun Tuhan menyelamatkan mereka.
Hasilnya, raja pun takluk kepada Tuhan yang mereka sembah.
2.
Tetap menghormati norma sosial masyarakat
Konteks
hidup Daniel dan kawan-kawan di tengah lingkungan pluralistik mirip dengan
konteks Indonesia yang majemuk. Namun Daniel yang beriman tidak menjadikannya
langsung menolak semua norma sosial masyarakat. Contoh, Daniel mengikuti
kebiasaan setempat dalam memberi salam kepada raja dan ia tidak keberatan
ketika nama mereka diganti dengan nama Babel.
3.
Menerima keterbatasannya sebagai manusia
Manusia
adalah makhluk yang diciptakan Allah. Sebagai ciptaan, manusia memiliki
keterbatasan. Dapatkah kamu menyebutkan apa saja keterbatasan manusia? Karena
keterbatasan itu maka manusia menggantungkan hidupnya pada Tuhan. Percaya dan
memberikan diri dipimpin oleh Tuhan tidak berarti manusia bersikap pasif. Orang
beriman termotivasi untuk belajar dan bekerja dengan giat.
4. Terus menjaga dan membina hubungan yang
akrab dengan Tuhan melalui doa dan membaca Alkitab
Berbagai
persoalan yang dihadapi dalam hidup baik itu menyenangkan maupun tidak, dalam
segala situasi orang beriman tetap memelihara hubungan yang akrab dengan Tuhan.
Hal itu dilakukan melalui kesetiaan dalam berdoa dan membaca Alkitab.
5.
Tetap setia apapun keadaannya
Orang
beriman tetap setia dan percaya pada Tuhan dalam menghadapi berbagai masalah
kehidupan. Iman mereka tidak pernah surut dan tidak hilang percaya kepada
Tuhan. Terkadang menghadapi masalah, apalagi jika masalah itu berat, manusia
cenderung meragukan Tuhan. Bangsa Israel sering melakukannya ketika mereka
berada di padang gurun, padahal Tuhan telah melakukan banyak mujizat bagi
mereka. Ketika menghadapi kesukaran mereka bersungut-sungut dan meragukan
Tuhan.
6.
Menerima baik-buruknya peristiwa kehidupan sebagai kedaulatan Tuhan
Orang
beriman menerima berbagai peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya seraya
mengakui kedaulatan Allah dalam hidupnya. Hal ini berbeda dengan sikap “pasrah”
yang fatalistik. Tentu saja dalam menghadapi masalah, orang beriman akan
berupaya mengatasinya tetapi tidak mengandalkan kemampuannya sendiri namun
sambil berupaya mereka tetap berdoa dan percaya kepada Tuhan.
TUGAS 1
Setelah mempelajari materi di atas, selanjutnya jawablah pertanyaan berikut ini!
(Tuliskan jawaban dalam selembar kertas. Beri identitas nama, kelas dan tanggal pembelajaran)
1. Melihat kondisi dan keadaan saat ini dimasa pandemi covid-19 yang sudah terjadi cukup lama, dimana banyak kesulitan dan permasalahan muncul baik dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan dialami oleh semua orang. Tidak sedikit orang kehilangan pekerjaan, bahkan kehilangan nyawa dan bagi kalian seorang pelajar tidak bisa melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah. Tentu kondisi ini menjadi tantangan yang berat bagi umat manusia. Sebagai anak pilihan Tuhan, apa yang kalian lakukan untuk tetap memelihara Iman di tengah kondisi yang terjadi saat ini?
2. Ceritakan salah satu kisah tokoh Alkitab yang telah menunjukkan imannya yang luar biasa kepada Allah!
0 Komentar